Minggu, 05 April 2015

WORLD CREATIVE FORUM

 Notulensi

 SEMINAR “MASYARAKAT EKONOMI ASEAN 9MEA) 2015, PELUANG DAN TANTANGANNNYA BAGI MASYARAKAT PELAKU INDUSTRI KREATIF INDONESIA

Hari                       : Rabu
Tanggal                 : 1 April 2015
Pukul                     : 08.30 – 15.00 WIB
Tempat                  : Ruang Amarta Kantor Walikota Pekalongan

Pembuka :
Walikota Pekalongan, Basyir Ahmad Syawie, seminar ini adalah bagian dari serangkaian acara merayakan ulang tahun Pekalongan ke 109 dan acara syukuran atas keberhasilan kota Pekalongan memperoleh penghargaan dari UNESCO sebagai World Creative City di bidang Crafts and Folk Arts, pada tanggal 1 Desember 2014 lalu. Kota Pekalongan adalah satu – satunya kota di Indonesia bahkan di Asia Tenggara yang tergabung dalam 69 kota kreatif dunia jaringan UNESCO. Apa yang membuat Pekalongan bisa menjadi bagian dari Unesco World Creative City? Bahasanya mudahnya “mereka minta nasi goreng, yang jangan dikasih bakmi goreng” sesimpel itu. Maka dari itu, kami menyiapkan segala sesuatunya secara detail dari apa – apa yang sudah ditentukan oleh Unesco sebagai syarat untuk menjadi bagian dari world creative city.
Pekalongan mendaftar di bagian Crafts and Folk Arts. Untuk itu, Pekalongan mengambil strateginya dengan basis tradisional dengan semangat kontemporer. Pekalongan di bawah instruksi penuh Walikota menjalin kerjasama dengan 6 kota lain dalam jejaring Unesco Creative City di antaranya: Santa Fe, Aswan, Kanazawa, Icheon , Hangzhou, Fabriano dan Paducah untuk kemudian belajar dan sharing bersama agar bagaimana bisa menjadi bagian dari Unesco Creative City.
Pekalongan membuat desain logo kota baru yang mencerminkan Craft and Folk Arts sebagai ajang untuk membranding kota yang nantinya akan disandingkan dengan logo Unesco, dimana setiap peraih penghargaan creative city dari Unesco mempunyai tanggung jawab besar untuk bagaimana caranya mempertahankan gelar yang sudah diraih. Jika tidak, maka gelar itu akan dicopot oleh Unesco.
Pekalongan membuka tangan lebar – lebar bagi kota – kota lain yang ingin belajar bagaimana caranya agar bisa masuk ke jejaring Unesco Creative City.

Isi Acara :
Sesi 1
Anne Avantie, Fashion Designer, lebih menjelaskan pada semangat baru untuk lebih memperhatikan pekerja, sebesar-besarnya industri sebuah kota yang kemudian menjadi aset kota namun tidak memperhatikan kesejahteraan pekerja itu sama juga bohong. Jika kesejahteraan pekerja dipikirkan, maka kreatifitas pekerja akan muncul dengan sendirinya, yang nantinya akan memberi efek bagus pada industri kreatif sebuah kota yang ujungnya akan bermuara pada industri kreatif sebuah negara.
Yori Antar, Principal Architect, lebih menjelaskan bagaimana merancang desain kota tanpa harus merusak kota. Memaksimalkan industri kreatif yang sudah ada menjadi bagian dari desain yang maksimal.

Sesi 2
Mari Elka Pangestu, Ambasador Unesco Creative City for Indonesia, menjelaskan bagaimana seharusnya sebuah kota itu menjadi sebuah kota kreatif yang harusnya didukung oleh semua elemen kota, baik dari pemerintah, akademisi, komunitas dan pengusahanya saling bersinergi membangun kota .
Hari Waluyo, Dirjen Ekonomi Kreatif berbasis Media, Desain dan Iptek Kemenpar, sedikit banyak memaparkan program dari rencana aksi badan ekonomi kreatif ke depan.

Masukan dari SCCN sebagai hasil dari Seminar Masyarakat Ekonomi Asean 2015 di Pekalongan :
1.       Menyelenggarakan Indonesia Creative City Forum di Solo. Untuk lebih mempersempit tujuan pengembangan industri kreatif di Nusantara.
2.       Mengundang 5 perwakilan kota yang dicalonkan ke UNESCO Creative City.
3.       Menghadirkan masing masing perwakilan dari pemerintah (sebisa mungkin adalah Walikota – Walikotanya atau Sekda – Sekdanya), akademisi, pengusaha dan komunitasnya.
4.       Masing – masing kota mempresentasikan industri kreatif kotanya dan bagaimana persiapannya menjadi bagian dari Unesco Creative City.
5.       Indonesia Creative City Forum ini dijadikan bagian dari rencana Aksi  Daerah oleh Bappeda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar